Sosmed:

Latest Post

Showing posts with label Nasehat. Show all posts
Showing posts with label Nasehat. Show all posts

Friday 29 January 2016

Inilah Caranya Agar Tumbuh Keikhlasan

Tentang Islam - Allah ta’ala adalah Al Khaliq. Dialah satu satunya Zat yang menciptakan. Dia ada sebelum segala sesuatu ada. Tidak diciptakan, tidak juga butuh terhadap ciptaannya. Dia maha Esa, tidak ada sesuatu yang seperti Dia. Tidak beranak, tidak pula diperanakan. Segala sesuatu tunduk patuh kepada Nya. Dia kekal abadi disaat semua makhluk fana. Dia Maha Kuasa, tidak ada sesuatupun di alam dunia ini kecuali dibawah kekuasaan Nya. Dia Maha bijaksana, tidak ada ciptaan Nya yang sia sia. Dia maha kaya, tidak butuh terhadap makhluk Nya. Sedang setiap makhluk membutuhkan Nya. Karena hanya milik Dia semua sifat kesempurnaan dan keagungan.

http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.com/
Inilah Caranya Agar Tumbuh Keikhlasan


Allah ta’ala telah menjelaskan kepada manusia akan keagungan diri Nya dan kefakiran mereka kepada Allah. Allah pun telah menetapkan akan tujuan penciptaan mereka, yaitu peribadahan dan penghambaan. Namun Dia menetapkan bahwa Dia tidak butuh untuk dipersekutukan, dengan sesuatu apapun. Tidak jin, manusia, atau malaikat sekalipun. Dan memang Dia tidak layak untuk dipersekutukan. Maka setiap amal yang ditujukan kepada Nya, namun juga berharap dari selain Nya akan menjadi sia sia. Ibarat jasad tanpa ruh, seperti itulah nilai suatu amalan tanpa keikhlasan. Dia ada, namun mati, membusuk, dan tidak berharga.

Lalu apa pula yang diharapkan dari selain Nya, sedang segala sesuatu adalah milik Nya?! Kebodohan macam apa dalam pengharapan kepada manusia, sedang syurga milik sang pencipta? Apa jua manfaat pujian, kekaguman, dan penghargaan dari mereka yang tidak memiliki apa apa?

Namun dalam kenyataannya, jarang kita temukan orang orang yang ikhlas dalam beramal. Kejahilan terhadap Sang Pencipta, menjadikan kebanyakan orang lebih berharap kepada manusia daripada balasan dari Allah ta’ala. Dan ternyata memang, pada prakteknya pentingnya keikhlasan tidak menjadikan dia mudah untuk diterapkan. Bukan hanya bagi orang awam seperti kita, namun para ulama dahulu pun merasakannya.

Seperti Sufyan At Tsauri rahimahullah yang berkata, “tidak ada sesuatu yang lebih berat bagiku melebihi masalah niatku, karena ia mudah berbolak balik”. Atau Yusuf bin Husainrahimahullah yang mengatakan, “sesuatu yang paling susah bagiku di dunia ini adalah keikhlasan, berapa kali aku bersungguh sungguh untuk menghilangkannya dari hatiku, namun seakan akan dia tumbuh kembali dengan corak yang lain”.

Meskipun begitu halnya, bukan berarti ikhlas tidak bisa diusahakan. Bermujahadah, menggerakan semua daya dan upaya untuk mendapatkannya tetap menjadi keharusan. Bukankah pahala itu sesuai dengan kesusahan dalam beramal? Yang karenanya semakin susah pahala semakin besar? Dan begitulah nilai keikhlasan. Ia sungguh menentukan, hingga diterimanya suatu amalan pun tergantung dengan keberadaannya. Bahkan suatu amal kecil bisa menjadi besar dengannya. Dan sebaliknya, amalan besar bisa menjadi kecil dengan ketiadaannya. Bukankah disebutkan seorang pelacur yang masuk syurga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan? Sedang siapa diantara kita yang tidak sanggup melakukannya. Namun lihatlah tiga golongan pertama penghuni neraka. Justru mereka adalah orang orang yang beramal besar; seorang berilmu, pejuang, dan dermawan!! Disinilah niat menjadi pembeda.

Maka, hal pertama yang harus dilakukan adalah senantiasa menghadirkan kebesaran Allahta’ala. Bahwa dialah satu satunya Dzat yang maha kuasa dan maha mengetahui. Tidak ada yang dapat menolak manfaat jika Dia hendak memberi manfaat. Pun tidak ada yang dapat memberi mudharat jika dia berkehendak.

Kemudian hal selanjutnya adalah meminta kepada Allah agar diberikan keikhlasan. Karena sesungguhnya semua kebaikan seorang hamba merupakan taufik dari Allah ta’ala. Manusia tidaklah memiliki daya dan upaya untuk beramal kecuali jika disertai dengan taufik dari Allahta’ala. Yang karenanya mengandalkan kemampuan diri dan hanya bersandar kepada usaha tanpa meminta bantuan dari sang pencipta merupakan sebuah keteledoran. Dan sungguh benar apa yang dikatakan Ibnul Qoyyim rahimahullah, bahwa kehinaan adalah ketika Allah meninggalkan seorang hamba dengan dirinya sendiri.

Keikhlasan juga perlu untuk dipelajari. Tentang makna, hakekat, serta hal hal yang dapat menodai keikhlasan, untuk kemudian berusaha mempraktekannya. Karena bagaimana seseorang akan bisa ikhlas jika tidak tau makna keikhlasan?1 Ah, seandainya saja ada sekelompok dari para ulama yang tidak mengajari manusia kecuali keikhlasan.2

Nah Inilah Caranya Agar Tumbuh Keikhlasan

Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah senantiasa mengingat besarnya pahala keikhlasan. Serta akibat dari amalan yang tidak disertai dengan keikhlasan. Bahwa ikhlas merupakan satu satunya jalan menuju syurga. Ikhlas juga merupakan pintu keselamatan dari godaan syaitan. Sebaliknya, tanpa keikhlasan suatu amal tidak akan diterima, dan tanpanya juga seorang hamba akan terjerumus ke dalam neraka.
Juga selalu mengevaluasi diri dan bersungguh sungguh. Baik sebelum, ketika, dan setelah beramal. Sebelum memulai, berhentilah sejenak, tanyakan kepada jiwa kita, apa yang kita ingingkan dengan amalan ini? Jika yang diinginkannya adalah ridha Allah, atau pahala dari Allah ta’ala, maka hendaklah seseorang meneruskan amalannya. Namun sebaliknya, jika ternyata yang diinginkan hal lain selain Allah ta’ala, maka hendaknya seseorang tidak melanjutkan amalannya sampai meluruskan niatnya. Ketika sedang beramalpun tetaplah melihat hati kita, jangan sampai berubah niatnya, jika kemudian muncul niat lain selain Allah, maka segera palingkan kepada Allah ta’ala. Begitu juga setelah beramal. Jangan sampai muncul keinginan untuk diketahui oleh manusia, hingga kemudian menceritakan amalannya sambil berharap pujian dari mereka.
Memperbanyak ketaatan juga merupakan salah satu cara menghasilkan ikhlas. Karena syaitan akan selalu berusaha agar seorang hamba meninggalkan ketaatan atau berusaha merusak amalan yang dilakukan oleh seorang hamba. Jika kemudian syaitan melihat seorang hamba senantia berada dalam ketaatan, dan tidak menghiraukan ajakan syaitan, bahkan setiap kali syaitan membisiki seorang hamba namun justru hamba tadi bertambah ketaatan dan keikhlasannya, syaitan pun akan putus asa dan berhenti dari menggoda hamba tadi, agar tidak menambah pahalanya. Namun jika seorang hamba terkadang taat namun terkadang juga berbuat maksiat dengan menyambut ajaran syaitan, maka syaitan akan semakin bersemangat menggoda hamba tadi, begitu kata hasan Al Bashri.
Kemudian juga seorang hamba hendaklah tidak bangga dengan amalannya. Tidak takjub dengan dirinya sendiri. Karena sesungguhnya ketika seseorang merasa takjub dengan dirinya sendiri, ketika itu dia sedang menyekutukan Allah dengan dirinya sendiri. Seakan akan dia telah berjasa kepada Allah dengan amalannya. Padahal, hakekatnya justru sebaliknya. Seorang bisa beramal merupakan taufik dari Allah ta’ala. Ujub kepada diri sendiri sebagaimana halnya syirik dapat menghapus amalan, sebagaimana yang disampaikan Imam Nawawi Rahimahullah.
Dan hal terakhir hendaknya seorang hamba selalu bergaul dan berkumpul dengan orang orang yang ikhlas. Dengan harapan bisa berqudwah dan mengikuti mereka dalam keikhlasan. Dan bukankah seseorang akan berada dalam agama teman dekatnya? Hingga jika kita ingin melihat agama seseorang cukup dengan melihat agama teman dekatnya, Sebagaimana wasiat sang baginda Shallallahu ‘Alaih Wasallam?.3 Maka pilihlah kawan yang baik, maka kita pun akan menjadi baik dengan Izin Allah ta’ala.
Mudah mudahan Allah ta’ala memberikan rahmat dan taufik Nya kepada kita semua agar senantiasa diberikan keikhlasan dalam beramal. Karena sesungguhnya tidak ada keselamatan kecuali dengan keikhlasan.
Wallahu ‘Alam bis Showab

Tentang Islam

Tuesday 26 January 2016

Rezekimu Akan Mengejarmu Seperti Maut Mengejarmu


http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
Rezekimu Akan Mengejarmu Seperti Maut Mengejarmu

Tentang Islam - Pulang Kantor, mampir dulu beli titipan orang rumah. Kali ini dititipin ketoprak. Akhirnya ketemu gerobak ketoprak, kok ini gerobaknya kosong ga ada orang yang jaga. "Pak, ini tukangnya mana Pak? " tanyaku ke tukang cukur di sebelahnya.

"Oh, lagi sholat maghrib Pak. Dah dari tadi, bentar lagi datang" , jawabnya.

Sehubungan ini pesenan orang rumah, terpaksalah menunggu agak lama, kalo untuk diri sendiri mah sudah saya tinggal langsung. Sedikit terlintas dalam hati, betapa banyak potensi pembeli yang akan hilang, kalo ditinggal lama begini.Tak berapa lama datanglah tukang ketoprak tersebut, "Beli ketoprak Pak satu". Ucapku.

Entah mengapa, tiba - tiba berubah pikiran, " dua deh Pak".

Kemudian datanglah beberapa orang yang antri ingin beli ketoprak. Entah darimana mereka, tadi saya menunggu sendiri ga ada orang lain, tiba - tiba mereka datang memesan ketoprak. Masya Allah, tidak sedikit pedagang yang rela meninggalkan sholat demi menjaga dagangannya yang belum tentu ada orang beli. Apalagi jika pelanggan sedang ramai. Atau mungkin pegawai kantoran, rela menunda sholat bahkan meninggalkan sholat hanya karena alasan sibuk kerja, meeting dan lain sebagainya. Mereka (dan juga kita) seakan lupa kalo Allah lah yang mengatur rezeki.

Tukang ketoprak ini, dengan yakinnya meninggalkan jualannya tuk sholat, seakan ia lari meninggalkan rezekinya, sekembalinya dari sholat ternyata rezeki datang bak lebah mengerumuni bunga. Bahkan Allah pun menggerakkan hati saya sendiri untuk membeli lebih dari yang seharusnya.

Sungguh benar perkataanmu wahai Nabiku

,لو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت لأدركه رزقهكما يدركه الموت

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian,, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.”( HR Ibnu Hibban No. 1084)

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu bertakwa, aamiin


Tentang Islam

Matiku Dijemput Bidadari

http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.com/
Matiku Dijemput Bidadari

Tentagn Islam - Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya.Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana baktinya yang luar biasa?

Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetarlah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya.

Dalam salah satu khutbahnya, Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya.

“Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada bulan ramadhan beberapa waktu lalu "kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. 


Ini kisahnya...

Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan!

“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”

Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya.

“Lihatlah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh !!“

Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah – semoga Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan beriman -. Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya.

“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”

Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya :

“Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak.
Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara ?”

Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata :

“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku”

Maka sang ibu pun langsung menimpali : “Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak“

Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia ?

Janganlah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira).

Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman :

 “Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para Malaikat akan turun kepadanya seraya berkata : “Janganlah kalian takut”

Di mana kejadian itu ? Di atas kasur ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir.

  • “Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih. Berbahagialah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian” [Qs.Fushilat : 30]

SILAHKAN SHARE BIAR MAKIN BANYAK DARI SAUDARA, TEMAN, DAN ORANG DISEKITAR KITA SADAR DAN LEBIH BERBAKTI PADA ORANG TUANYA....!!! Semoga bermanfaat...

Sumber: Belajar Islam
Tentang Islam

Monday 25 January 2016

Perbanyaklah Do’a


http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
Perbanyaklah Do’a


Tentang Islam - Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

ما من مسلمٍ يدعو بدعوة ليس فيها أثمٌ ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث؛ إما أن تعجل له دعوته، وإما أن يدخرها له في الآخرة، وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها”. قالوا: إذا نكثر. قال: “اللهُ أكثرُ”. رواه أحمد والحاكم وغيرهما

“Tiada seorang muslim pun yang memohon (kepada Allah Ta’ala) dengan doa yang tidak mengandung dosa (permintaan yang haram), atau pemutusan hubungan (baik) dengan keluarga/kerabat, kecuali Allah akan memberikan baginya dengan (sebab) doa itu salah satu dari tiga perkara: [1] boleh jadi akan disegerakan pengabulan doanya, [2] atau Allah akan menyimpannya untuk kebaikan (pahala) baginya di akhirat, [3] atau akan dihidarkan darinya keburukan (bencana) yang sesuai dengannya”. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata: Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa kepada Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda, “Allah lebih 
luas (rahmat dan karunia-Nya)”.

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan berdoa kepada Allah Ta’ala, dan kepastian dikabulkannya doa seorang muslim dengan salah satu dari tiga perkara yang tersebut dalam hadits di atas, jika terpenuhi padanya syarat-syarat dikabulkannya doa. Inilah makna firman-Nya:


{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ}

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila dia berdoa kepada-Ku” (QS al-Baqarah:186).

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

– Doa seorang muslim akan dikabulkan dan tidak tertolak jika memenuhi syarat diterimanya doa.

– Luasnya karunia Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, dengan menjadikan pengabulan doa mereka dalam berbagai macam kebaikan dan keutamaan.

– Dalam hadits ini disebutkan dua di antara syarat-syarat dikabulkannya doa, dan masih ada syarat-syarat yang lain, yaitu: ikhlas dalam berdoa, tidak tergesa-gesa dalam pengabulan doa, halalnya makanan dan pakaian, dan lain-lain.

– Syarat penting lain dikabulkannya doa adalah yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin (Allah akan) mengabulkannya, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari (seorang yang ketika berdoa) hatinya lalai dan lupa (tidak berkonsentrasi)”.

– Keburukan yang dihindarkan dari seorang hamba dengan doanya adalah mencakup semua keburukan, baik dalam urusan dunia maupun agama.

– Dianjurkan memohon doa sebanyak-banyaknya kepada Allah, karena rahmat dan karunia-Nya lebih luas dari apa yang diminta oleh hamba-hamba-Nya.

Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA

Tentang islam

Muslimah Sejati Bergaul Secara Syar'i



http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
Muslimah Sejati Bergaul Secara Syar'i 


Tentang Islam - Bergaul dan memiliki banyak teman adalah fitrah setiap manusia, tak terkecuali bagi para muslimah. Allah SWT pun menyampaikan hal ini dalam firman-Nya,


  • “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat:13)

Pergaulan dalam Islam

Dalam Islam, adab bergaul sangat diperhatikan. Betapa pentingnya adab dalam begaul, hingga Allah SWT mengutus Rasulullah saw untuk memberikan teladan dalam bergaul dengan sesama manusia.

  • Dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlaq Nabi saw, beliau menjawab, “Akhlaq beliau (Nabi saw) adalah Al Qur’an.” Kemudian Aisyah ra. membacakan ayat yang artinya, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)

Rasulullah saw bersabda,
  • “Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)

Hubungan yang terjadi antara seseorang dengan seorang yang lain tidak hanya berdasarkan nasab, tapi juga berdasarkan ikatan lain. Akan tetapi, di antara banyak ragam ikatan dalam hubungan antar manusia, yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah ikatan berdasarkan aqidah. Kekuatan ikatan aqidah melebihi ikatan yang terjalin berdasarkan hubungan darah.

Allah SWT berfirman,
  • “Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfak-kan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal:63)

Hubungan yang terjadi atas kesatuan aqidah merupakan karunia terbaik dari Allah SWT yang harus senantiasa dijaga. Dengan ikatan ini, interaksi yang terjalin karena alasan lainnya dapat dihilangkan. Tidak ada lagi fanatisme kesukuan atau golongan yang merendahkan orang lain di luar kelompoknya. Hubungan ‘untung-rugi’ dengan latar belakang ekonomi tak lagi diperhitungkan. Permusuhan dan kebencian karena perbedaan dapat dimusnahkan lalu berganti dengan keikhlasan karena Allah SWT. Bukankah ini adalah nikmat yang luar biasa.

Bergaul yang Membawa ke Surga

Niat yang Lurus

Niat kita dalam bergaul pun mutlak harus diperhatikan. Karena jelas, hal itu akan menentukan berjalannya sebuah pertemanan antara seseorang dengan orang lain.
Berkenaan dengan niat, Rasulullah saw bersabda,

  • “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)

Merujuk pada hadits di atas, dalam berteman hendaknya kita berniat semata-mata karena Allah. Yaitu, menjadikan kawan sebagai penolong dalam urusan dunia maupun akhirat. Dan tentu saja juga sebagai pendukung dalam menaati hukum-hukum Allah agar selamat di dunia dan di akhirat.

Dengan niat yang lurus ini, semoga Allah membimbing kita pada sahabat yang senantiasa membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Pilih-pilih Teman

Pilih-pilih teman biasanya diidentikan dengan kesombongan. Maunya berteman dengan si anu, dan tidak mau dekat-dekat dengan si anu.

Benar, jika dalam urusan pilih-pilih teman ini kita sandarkan pada urusan dunia yang sifatnya materialistis. Misalnya, apakah kita berteman dengan seseorang karena dia kaya, cantik, punya status sosial yang tinggi, dan lain sebagainya. Tentu saja bukan karena hal-hal demikian kita diharuskan dalam memilih teman.

Islam menganjurkan agar kita hati-hati dalam memilih teman dengan tujuan agar kita tidak berteman melainkan dengan orang-orang mukmin yang shalih dan taat beragama. Sebab, tak dapat dipungkiri, teman cepat atau lambat akan memberikan pengaruh terhadap diri kita. Tabiat dan watak seseorang dapat terbentuk melalui pergaulan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi maka dia akan menghadiahkannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapat aroma wanginya. Adapun pandai besi maka boleh jadi ia akan membakar tubuhmu atau pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Lalu, bagaimana sebenarnya ciri teman yang baik? Yang pertama, tentunya ia haruslah seorang mukmin sebagaimana sabda Rasulullah saw,
  • “Janganlah kamu mengambil teman kecuali yang mukmin...” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

Karakteristik orang mukmin adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya,
  • “Sesungguhnya orang-orang yang beriman (mukmin) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal:2)

Yang kedua, ciri teman yang baik adalah yang berakhlaq mulia. Sangat penting menilai akhlaq seorang teman, sebab tabiat manusia memiliki kecenderungan untuk meniru orang yang ada di dekatnya. Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya manusia itu seperti sekawanan burung, selalu tertarik untuk saling meniru satu sama lainnya.”

Akhlaq yang mulia mendatangkan kecintaan Allah dan juga kasih sayang manusia. Rasulullah saw bersabda,

  • "Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, yang mudah bersahabat dan disahabati. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersahabat dan tidak disahabati.” (HR. Ath-Thabrani)

Pahami Hakikat Persaudaraan

Kunci utama dalam membina persahabatan adalah niat yang lurus untuk membangun ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan memegang aqidah dan pedoman yang haq. Jika aqidah telah merasuk ke dalam hati maka akan membawa perasaan cinta dan bersaudara karena Allah semata.

Rasulullah saw bersabda,

  • “Seorang lelaki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah mengirim seorang malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala bertemu dengannya malaikat itu bertanya, ‘Kemanakah engkau hendak pergi?’ Ia menjawab, ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Adakah suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?’ Ia menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Maka, malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.’” (HR. Bukhari-Muslim)

Tidak terbantahkan lagi bahwa kunci yang paling penting dalam pertemanan adalah menghadirkan Allah dalam landasan hubungan dan kasih sayang di antara mereka. Sebab, Allah menetapkan cinta-Nya bagi orang yang saling mencintai karena Dia.

Agar Pergaulan Tak Jadi Sesalan

Pada akhirnya, kita akan mendapati bahwa teman yang tidak baik akan membawa temannya ke dalam keburukan di dunia dan mendorong ke dalam neraka di akhirat.

Teman yang jahat akan membawa temannya ke jurang bencana dan mengantarkannya ke neraka jahanam. Dan di akhirat mereka akan berubah menjadi musuh yang saling menjatuhkan.

Allah SWT berfirman,
  • “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS.Az Zukhruf:67)

Seorang mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya. Ketika ia melihat sahabatnya maka seolah-olah ia melihat dirinya sendiri.

Rasulullah saw bersabda,

  • “Mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya yang senantiasa mencegah saudaranya dari kebangkrutan dan senantiasa melindunginya dari marabahaya.” (HR. Abu Dawud)

Teman yang baik akan mencegah kita dari kebangkrutan. Ia memberi nasehat berharga saat kita khilaf, menjaga dan membela kehormatan kita tatkala kita tak berada di sampingnya. Menghibur kita tatkala sedih dan membantu kita saat membutuhkan pertolongan. Walalupun tak berhubungan darah, tidak ada keuntungan harta yang diperoleh, dan tidak ada ikatan duniawi. Tujuannya, hanya ridho Allah di dunia dan di akhirat. Wallahu’alam bishowwab.

Tentang Islam

Sunday 24 January 2016

3 GOLONGAN AHLI IBADAH



Tentang Islam - Ahli ibadah itu ada tiga golongan dan setiap golongannya ada tiga indikator yang sangat mudah dikenali. 


  • Golongan pertama ialah orang yang selalu menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan takut kepada-Nya (al-khauf).
  • Golongan kedua ialah yang menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan harap (al-raja`).
  • Golongan ketiga ialah yang menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan cinta (al-hubb).


Indikator golongan pertama ialah:
(1) merasa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Swt
(2) memandang sedikit kebaikannya, dan
(3) memandang banyak kesalahannya.

Indikator golongan kedua ialah:

(1) menjadi qudwah (teladan/panutan) bagi manusia dalam semua keadaan
(2) menjadi orang yang paling pemurah sehubungan dengan hartanya di dunia, dan
(3) menjadi orang yang paling berhusnuzhzhan kepada Allah Swt dalam seluruh penciptaan-Nya.

Adapun indikator golongan ketiga ialah:
(1) memberikan segala yang dicintainya dan tidak peduli asalkan diridhai Rabbnya
(2) melakukan sesuatu yang dirinya tidak menyukainya asalkan diridhai Rabbnya, dan
(3) dalam keadaan apapun ia selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya." (Abu Bakar al-Shiddiq Ra)

Pertanyaanya adalah, termasuk golongan manakah diri kita ?
Golongan pertama, kedua atau ketiga, atau jangan-janagn belum ada ciri-ciri yang kita miliki seperti yang sudah disebutkan diatas... Astaghfirullah.(dari fp menata akhlak)


Mudah-mudahan 3 GOLONGAN AHLI IBADAH ini bermanfaat dan sekaligus mengingatkan ibadah kita semua kepada Allah Swt...


Tentang Islam


Ditantang Maut


Ditantang Maut

http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
Ditantang Maut


Tentang Islam - [Ceramah Kematian] ada sesuautu yang ditakuti sehingga manusia enggan memikirnkannya yaitu datangnya maut.

Datangnya maut mendadak anti nego dan tak bisa dihindari walau sekejap. Meskipun enggan memikirkannya tetapi manusia sudah ditantang maut untuk pasrah dan takluk dibawah ketentuan ajal yang membatasi hidupnya, meskipun di tempat yang paling tersembunyi sekalipun. Allah berfirman

  • "Dimanapun kamu berada ,kematian akan mendapatkan kamu,meskipun ,kamu berada dalam benteng yg sangat tinggi dan kokoh ..(QS an-Nisa:78)

Kematian adalah sesuatu fenomena yang dekat karena setiap hari kita mengejarnya seiring dengan berkurangnya umur. Meskipun banyak orang yang menganggap bahwa dalam keadaan bugar maut masih sebaiknya kita berhenti menganggap bahwa kematian masih jauh karena dibantah oleh Imam Ghazali: "yang jauh itu waktu, yang dekat itu MAUT, yang besar itu nafsu, yang berat amanah, yang mudah itu berbuat dosa, yang panjang itu amal sholeh, dan yang indah itu saling mema'afkan".

Kemanapun manusia berlari maka MAUT selalu mengejarnya, sedangkan manusia dikejar tidak mampu menghindar, bukankah bertambahnya waktu berarti lari mendekati MAUT ???, jika demikian adanya maut sangatlah dekat dan makin mendekat untuk menjemputnya,

  • “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8).

Manusia ditantang maut untuk mempersiapkan kematian yang terbaik, kematian yang datangnya mendadak anti negosiasi menuntut kita untuk selalu dalam kondisi berbuat baik dan muslim sehingga dalam keadaan maut menjemput, selalu dalam keadaan muslim sebagaimana pesan Nabi Ibrahim juga Nabi Ya'qub

  • “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kamu, maka janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan muslim, yakni memeluk agama Islam” (QS. al-Baqarah 2:132).
Semoga bermanfaat semoga kita bisa mempersikan diri dengan sebaik-baiknya.

Tentang islam

9 Cara Mengendalikan Amarah Menurut Islam

Cara Mengendalikan Amarah Menurut Islam

http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
9 Cara Mengendalikan Amarah Menurut Islam

Tentang islam - “Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.” (HR Ahmad).
Begitu istimewanya imbalan yang diberikan bagi orang yang dapat mengendalikan amarahnya, sampai Allah pun mempersilahkan ia untuk memilih bidadari surga yang ia suka. Lalu, bagaimana caranya mengendalikan amarah?
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nadadalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah mengungkapkan hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab atau cara mengendalikan marah menurut Islam:


Berikut 9 Cara Mengendalikan Amarah

1. Jangan marah kecuali karena Allah SWT. 
Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah, misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.

2.Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia.
Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat pula memutuskan silaturahim.

3. Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah.
Ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun dan sabar.

4. Menahan dan meredam amarah jika telah muncul.
Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
5. Berlindung kepada Allah ketika marah. 

Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.)Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan.

6. Hendaklah Diam
Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.

7.Mengubah posisi ketika marah.
Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. 

8. Berbaring jika belum hilang
Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.

9. Memberi maaf dan bersabar.
Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).
Itulah kesembilan cara yang bisa kita lakukan untuk meredam kemarahan. Terlihat sulit tapi percayalah, jika kita berniat merubah diri kita untuk menjadi lebih baik, beberapa cara meredam kemarahan seperti yang disebutkan diatas patut dicoba. Insya Allah kita dapat termasuk ke dalam golongan seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, yakni mendapat imbalan indah bertemu dengan bidadari surga dan dimuliakan-Nya.

sumber: google+ belajar islam

Tentang islam