Sosmed:

Sunday 31 January 2016

IMAN YANG PALING MENAKJUBKAN

http://semua-tentang-agam-islam.blogspot.co.id/
IMAN YANG PALING MENAKJUBKAN


BIsmillahirrohmannirrohim
Oleh: Kiai Maman Imanulhaq

Tentang Islam - Suatu ketika Rasulullah SAW duduk bersama para sahabat dan bertanya kepada mereka: Siapakah di antara makhluk Allah yang paling luar biasa imannya pada Allah SWT?
Para sahabat menjawab,"Malaikat ya Rasulullah."
“Terang saja, malaikat kan makhluk Allah yang paling setia dan tahu duduk perkaranya,” ujar Nabi.
“Kalau begitu, para Nabi dan utusanNya,” ujar para sahabat.
“Bagaimana tidak beriman, sedangkan Allah memberi mereka wahyu dari langit melalui para malaikat,” kata Nabi.
“Mungkin para sahabatmu ya Rasulullah?” kata para sahabat lagi,
“Sudah sepantasnya bukan? Mereka menyaksikan segala mukjizatku dan senantiasa berdekatan denganku untuk mengetahui wahyu yang diturunkan kepadaku dan menanyakan segala ikhwal tentangnya,” tutur Nabi.
“Lalu siapa?" tanya para sahabat.

“Mereka adalah orang-orang yang hidup sesudahku. Tak pernah menyaksikanku tapi membenarkan semua ajaranku. Mereka tidak melihat sendiri mukjizatku, tapi mereka tetap beriman karena itu. Mereka adalah saudara-saudaraku,” kata Nabi.

Allah telah meletakkan keimanan sebagai dasar kepatuhan mutlak seorang makhluk pada penciptaNya. Seorang makhluk yang beriman akan memanifestasikan ketundukannya tanpa reserve kepada yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Demikian tinggi Allah mendudukkan orang-orang beriman, setara Mushaddiqun (orang-orang yang benar) sebagaimana ditunjukkan dalam firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang Shiddiq.” (QS.at-Taubah: 9/119)

Salah satu dari manifestasi rasa iman adalah cinta. Jika kita iman kepada Allah, maka sudah semestinya kita menampakkan cinta padaNya dan kepada orang-orang yang dicintaiNya. Oleh karena itu, jika Nabi mempertanyakan tentang iman yang paling menakjubkan, pada dasarnya beliau sedang menanyakan, cinta siapa yang paling tulus dan layak diberi apresiasi.

Menilik perjalanan pewahyuan sepanjang hidup umat manusia, maka para sahabat tidak pernah membayangkan jika umat Nabi yang hidup di akhir zaman, memiliki sebuah karunia luar biasa.
Sejak Adam diciptakan, Allah telah mengklasifikasi kepatuhan makhlukNya dalam kategori yang tak terbantah. 

Pertama, kepatuhan mutlak yang diberikan oleh para malaikat kepada Allah.

Kedua, kepatuhan transaksional yang diwujudkan dalam bentuk penolakan setan untuk sujud pada manusia, yakni Adam, dikarenakan intisari perwujudan Adam yang dinilainya tidak lebih baik dari dirinya.

Ketiga, kepatuhan manusia yang diragukan oleh malaikat dan juga setan sendiri.
Sepanjang Allah mengutus para nabi dan rasulNya yang menurut penuturan ulama berjumlah 124.000 orang, Tauhid-lah yang menjadi inti ajaran, yakni meng-esa-kan Allah, tidak meduakanNya dengan persepsi apa pun. Dari waktu ke waktu, Allah menyempurnakan ajaran tauhid hingga ke penghujung para Nabi, yakni Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman. Setelah itu tak ada lagi harapan bagi umat sesudahnya untuk mendapatkan nabi atau rasul.

Hanya bekal keimanan saja yang bisa merawat kesuburan ajaran Islam sebagai dienul haq (agama yang benar). Tak ada lagi tempat bertanya, tak ada lagi tempat pembuktian dengan mukjizat. Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa umat akhir zaman adalah seburuk-buruknya manusia dalam hal akhlaknya. Jadi, apa yang bisa diharapkan dari sekelompok orang yang tinggal menunggu hari akhir ini?

Namun rupanya Allah dan RasulNya begitu adil dalam memberi peluang bagi umatnya untuk menjadi makhluk yang dibanggakan. Umat yang dirindukan dan dicintai oleh Nabi sebagai saudaranya. Walaupun umat ini tidak mengalami sendiri kebersamaannya dengan Nabi. Hanya dengan berbekal keimanan dan keyakinan akan ajaran Nabi-lah, mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi umat yang menakjubkan.

Dengan kemuliaan seperti itu, Bagaimana mungkin kita tidak membalas cintanya, sedangkan sepenuh hidup Rasulullah adalah hari-hari yang dipenuhi dakwah untuk mengajak kita pada kebenaran dan iman kepada Allah. Menyelamatkan kita dari kekufuran dan kekerdilan hidup. Menghiasi kita dengan amalan-amalan baik pada sesama. Dan senantiasa memberi harapan bagi kekerdilan jiwa untuk menjadi bagian dari umat yang dikasihinya.

Bagaimana mungkin pintu hati kita tidak terbuka pada hikmat yang terkandung pada kelembutan akhlak Nabi yang mulia? Sungguh mengherankan jika hingga hari ini masih kita dapati orang-orang yang membenci perilaku-perilaku yang menunjukkan kecintaan pada Rasulullah. Membenci orang yang membaca shalawat dan maulid Nabi, bahkan membidah dan mengkafirkannya.

Sikap membenci seperti itu rasanya merupakan sesuatu yang sulit dipahami. Karena sejatinya, Rasulullah tidak mengajarkan kebencian, melainkan mengajarkan rahmat bagi semesta. Jika tindakan keras dipilih untuk melanggengkan klaim kebenaran, apakah kita masih layak mengharap syafaat Nabi dan menjadi bagian menakjubkan dari ajaran beliau?

Semoga sebiji dzarrah amalan kita, membuka harapan kita untuk terus meningkatkannya. Wallahu a’lam.

Tentang Islam

0 komentar:

Post a Comment