Sosmed:

Tuesday, 12 January 2016

5 Alasan Mengapa Kita Tak Perlu Takut Hadapi Masalah





Setiap orang pasti punya masalah. Hanya saja, banyak orang berusaha untuk menghindarinya. Tetapi tidak dengan insan beriman. Syeikh Ibn Athaillah As-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam mendorong umat Islam untuk memilih masalah yang memberatkan hawa nafsu daripada yang meringankan apalagi memanjakan jiwa.
“Apabila ada dua hal yang membuat kalian bingung (memilihnya), maka perhatikanlah mana yang lebih memberatkan hawa nafsu kalian, lalu ikutilah. Sebab, tidak akan memberatkan hawa nafsu selain hal yang benar.” (Syeikh Ibn Athaillah dalam Al Himan).
Dengan kata lain, menghadapi masalah sebenarnya adalah bagian dari ajaran Islam. Sebab, dengan masalah itulah sebenarnya iman bisa dikatakan teruji, kedewasaan terbukti dan kebijaksanaan terpatri dalam diri. Dan, seperti itulah Allah memilihkan kisah-kisah hamba-Nya yang teguh, tangguh dan kokoh imannya kala menghadapi masalah.
Oleh karena itu jangan pernah menjadi manusia kerdil dengan berpikir dan memilih jalan mudah dalam menghadapi masalah. Apapun masalah yang menimpa, hadapi dengan tenang, sabar dan ikhlas. Sebab, selain merugikan, lari dari masalah sama dengan mengubur diri hidup-hidup. Padahal menghadapi masalah dengan gagah berani justru mendatangkan banyak keuntungan.

1. semakin dekat dengan Allah Ta’ala.
Kala diperhadapkan dengan fitnah, Nabi Yusuf lebih memilih dipenjara daripada mengikuti kebebasan diri yang memberi ruang luas hawa nafsu berkuasa.

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِۖ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٣٣

“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf [12]: 33).

Dan, berawal dari penjara itulah, tanda-tanda pertolongan Allah kian dekat menghampiri kehidupan Nabi Yusuf Alayhissalam, sampai pada akhirnya beliau dibebaskan dari penjara dan mendapat kemuliaan hidup dengan menjadi pemimpin bangsa Mesir. Dalam hal ini, masalah telah menjadikan Nabi Yusuf semakin dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga menjadi dekatlah apa yang diidam-idamkan sejak kecil, yakni bersua kembali dengan ayah tercinta dan seluruh keluarganya.

2. selamat dari sifat putus asa.
Menghadapi masalah akan menjadikan akal cerdas dan hati yang tajam dalam memandang berbagai persoalan. Seperti itulah yang dialami oleh Nabi Zakaria Alayhissalam.
Secara empirik amatlah sulit indera dan akalnya bisa yakin bahwa Allah mendengarkan doanya. Tetapi, dengan kekuatan iman, fakta empirik justru membuatnya semakin yakin betapa Allah Maha Kuasa. Sampai-sampai Allah perlihatkan dialog yang amat mengharukan sebagaimana dicontohkan Al-Quran.

يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيّاً

Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam [19]: 7).

Mendengar firman Allah itu, Nabi Zakaria pun ingin memastikan bahwa Allah benar-benar mengabulkan doanya.

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡكِبَرِ عِتِيّٗا ٨

Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” (QS. Maryam [19]: 8).

Allah Maha Kuasa, masalah serumit apapun, asal ‘dihantam’ terus-menerus dengan doa, pada akhirnya Allah Ta’ala pasti akan berikan jalan keluar. Oleh karena itu jangan pernah berputus asa dengan masalah apapun.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
“Doa adalah inti ibadah”. (HR. Tirmidzy)

Hasan Al-Banna berkata, “Saudaraku, janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang Muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok.”

3.masalah memungkinkan tumbuhnya beragam kemajuan dalam diri.
seperti tertantang dan terlatih berpikir kreatif, yang kemudian akan menambah pengalaman hidup, sehingga tidak reaktif, emosional dan memungkinkan tumbuhnya karakter positif dalam diri.
Dalam kasus yang sangat inspiratif kita bisa belajar dari apa yang menjadi pilihan sikap Nabi Yakub Alayhissalam dimana beliau mampu menahan emosi yang bergejolak dalam hati, hingga akhirnya Allah mengabulkan doanya bertemu Nabi Yusuf, kemudian memaafkan putra-putranya yang telah menjadi sebab dirinya hidup dalam sepi dan kebutaan.

4. melahirkan komitmen. 
Jika dihadapi secara tepat, masalah dapat membuat jiwa seseorang memiliki komitmen dalam kehidupannya. Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih yang sejak belia memiliki cita-cita tinggi dan menyadari bahwa kendala yang dihadapinya tidaklah ringan.
Kondisi tersebut menjadikannya memiliki komitmen tinggi untuk melibatkan Allah Ta’ala dalam segala upayayanya memenangkan umat Islam, sehingga beliau berkomitmen menempa diri dengan ibadah secara luar biasa. Bisa dibayangkan, beliau adalah sosok yang tidak lepas shalat malam sejak pertama kali baligh.

5. melecut diri dalam mencapai cita-cita tertinggi di hadapan Allah Ta’ala. 
Kala dihadapi dengan tepat, masalah akan mendorong diri melakukan hal-hal yang mampu melampaui prediksi akal normal. Seperti yang dialami oleh Ibn Hajar Al-Atsqalani kala menghadapi kendala serius dalam belajar.
Kala terinspirasi oleh fakta bahwa batu bisa berlubang oleh tetesan air yang terus-menerus, beliau pun memiliki kesadaran berpikir bahwa hati manusia tidak sekeras batu. Maka asal bermujahadah tidak ada yang tidak bisa dipelajari bahkan dikuasai. Akhirnya seperti kita ketahui bersama, Ibn Hajar Al-Atsqalani menjadi ulama yang sangat masyhur hingga kini.
Murid beliau yang ternama imam As-Sakhaawi dalam Kitab Ad-Dhiya’ Al-Laami’ menjelaskan bahwa Ibn Hajar mampu menghasilkan lebih dari 150 karya tulis, sedangkan dalam Kitab Al-Jawaahir wad-Durar disampaikan lebih dari 270 karya.
Artinya, Ibn Hajar Al-Atsqalani mampu bangkit justru dengan masalah yang dialaminya, sehingga melesat jauh dan mengejutkan siapapun.
Dalam kitabnya Shaid Al-Khatir Ibn Al-Jauzi berkata, “Orang yang bercita-cita tinggi selalu memburu hal-hal besar yang mendekatkannya kepada Allah Talala. Dan bisa jadi kebingungan saat mencari itu justru petunjuk kepada sesuatu yang sedang dicarinya.”
Dengan demikian, mari bersyukur kepada Allah tidak saja karena anugerah berupa kenikmatan dan kemudahan-kemudahan hidup. Tetapi juga terhadap masalah yang Allah pilihkan untuk kita selesaikan. Karena pada hakikatnya, masalah adalah anugerah indah yang harus kita singkap dengan kekuatan iman, ikhtiyar, mujahadah dan doa secara terus-menerus. Wallahu a’lam.*
Rep: Imam Nawawi
semua tentang agama islam

0 komentar:

Post a Comment